A BIG WELCOME FROM WARSYI

selamat datang di blog LADESTA,,,,,,,,,,,,,,,
ini adalah salah satu blog Alumni PP. Nurul Haramain NW Narmada
maaf jika dalam blog ini banyak kekurangan dan belum sempurna,,,,,,

Saturday, November 24, 2012

PALESTINA DIANTARA SUNNY DAN SYIAH

Oleh : TGH. Hasanain Juaini

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, dengan back-up bacaan, pelajaran sampai keyakinan-lah yang membuat saya memberanikan diri menjamah karangan Seorang Orientalis sekaligus penulis kaliber dunia Barnaby Rogerson. Inysa Allah fikiran kritis saya tidak akan ditembus oleh akal bulusnya, gumam saya dalam hati. Sayapun membaca.

Begitu selesai menelaah buku berjudul "Heirs of the Prophet and the roots of the Sunni-Shia schism" versi terjemahan menjadi Para Pewaris Muhammad [dengan membuang dua buah kata sensitif Sunny dan Syiah] tak pelak saya mengeluh dan berkata dalam hati "Aku telah kalah". 

Buku yang konon merupakan hasil kajian mendalam selama tiga puluh tahun dan didahului dengan riset terhadap buku-buku sejarah babon seperti Sejarah Islam oleh Al-Waqidi [30 jilid], At-Thabari, Ibnu Saad lengkap dengan tafsirnya. Dilanjutkan dengan meriset Kutubuttis'ah [9 kitab hadist Babon] lalu mengenal sampai detail Siapa penulis sejarah Nabi pertama Ibnu Ishak kemudian dituntaskan dengan proyeksi semua itu dengan Al-Qur'an, sebagai babon dari semua babon-babon itu.

Rogerson, setelah itu baru berani memulai dengan tulisan-tulisan tentang tradisi, budaya, peradaban sampai territotial negara-negara muslim sampai menyempatkan untuk menulis Treveller Guide tiap negeri muslim itu. Setelah amat yakin dengan netralitas tulisannya, diapun menulis " a biography of The Prophet Muhammad ". Tentang buku ini, saya tidak akan mengatakan apapun kecuali sebuah kalimat Rogerson sendiri yang mengatakan bahwa Muhammad itu : 'even when viewed in an entirely secular perspective he remains a superhero.' = Bahkan ketika dilihat dalam perspektif yang sama sekali sekulerpun ia [Muhammad] tetaplah seorang superhero.

Buku yang kali ini kita bincangkan adalah yang dia tulis setelah Biography di atas. Apa yang menyebabkan saya merasa kalah adalah ternyata akhirnya saya merasa harus mengatakan bahwa buku ini bagus. Saya berharap anda tidak ikut-ikutan dengan saya. Sebab mungkin saja saya salah. Rogerson sang orientalis kelahiran Inggris ini adalah juga bekas tentara Kerajaan Inggris, siapa tahu dia menyimpan sesuatu. Wallahu aklam.

Kini saatnya saya mengatakan bahwa belum ada satupun tulisan yang ditulis dengan segala keseriusan dan netralitas yang mampu memposisikan secara nyata dan sangat sederhana bahwa kemunculan istilah Sunny dan Syiah adalah bid'ah ba'da hayaatirrosuul. Tidak sejalan dengan ajaran Rasulullah dan hanya dipicu oleh syahwat kekuasaan [sekalipun keinginan untuk berkuasa ini didorong oleh niat baik].

Bab-Bab paling menakutkan adalah ketika membahas detail-detail wafatnya Rasulullah yang menjadi pemicu awal perbedaan sejarah antara sejarah ala Sunny dan ala Syiah. Versi Sunny Rasulullah wafat di pangkuan Sayyidah A'isyah sedangkan versi Syiah Rasulullah wafat di pangkuan Ali. Barnaby Rogerson berpendapat bahwa keshahihan Hadits yang menjadi argumen kedua belah pihak kekuatannya tak terbantahkan dan logikanya terang benderang. Saat itu, berdasarkan kesepakatan semua Istri-istri Rasulullah gantian Rasulullah diserahkan kepada Aisyah dan Rasulullahpun memang meninggal di dalam rumah itu. Dilain pihak, kedekatan Ali Karramallahu Wajhah sebagai zurriyat tak disangsikan, kesaksian Hadits2 tentang keberadaan Ali yang turut serta didalam rumah itu dalam saat menunggui Rasulullah di akhir hayatnya tak disangsikan. Rogerson lalu membuat konklusi: Tak ada aral apapun untuk mengatakan bahwa kedua versi itu bisa benar dan oleh karenanya tak ada yang bisa menjadi bukti untuk berkata yang satu benar dan yang lain bohong. Seyogyanya yang harus dikatakan adalah bahwa Rasulullah, Ali dan Ai'syah adalah hamba-hamba Allah yang harus dimuliakan.

Bab berikutnya adalah penghujung Bab 8 tentang terbunuhnya Utsman yang berlanjut dengan Bab 9 yang membahas Ali Khalifah Ke Empat. Dengan memproyeksikan riwayat2 dan tradisi Makkah dan Madinah kepada Al-Qur'an, Rogerson dengan gamblang menjelaskan sebuah celah gelap-gulita dibelakang syahwat kekuasaan Al-Mughirah dan Amr Bin Ash yang sangat mungkin menjadi lubang masuknya musuh laten yang cerdik yaitu Yahudi untuk menanam benih perpecahan. 

Sebenarnya semua pihak menyadari adanya benih perpecahan itu, terbukti dengan manis dan penuh kehormatan perseteruan Aisyah dan Ali dalam perang Jamal diakhir dengan ucapan Aisyah Kepada Ali yang saat itu telah menawannya: Engkau orang mulia maka maafkanlah aku dengan kemuliaannmu itu. Ali KW-pun dengan keluasan ilmu dan cintanya memuliakan wanita kekasih Rasulullah itu dengan membebaskannya dan menaggung segala keperluan hidupnya sampai akhir hayatnya. Maka tak ada alasan sama sekali mempertentangkan kedua hamba Allah tersebut, apalagi mengangkat sambil menjatuhkan salah satunya.

Adapun Muawiyah digambarkan oleh Rogerson sebagai Penulis Wahyu dan politikus paling ulung yang cukup beralasan untuk mengatakan bahwa tersampaikannya Islam kepada kita semua saat ini tidak lepas dari jasa-jasanya. Dalam kemelut itu Muawiyah sangat tahu diri dan memang dia menahan diri. Namun... pada saat genting itulah argumen picisan tak masuk nalar sehat dengan diam-diam meracuni "Puak miskin ilmu dan keislamannya baru" dan ujungnya menjelma menjadi ular berbisa ditengah ummatan wahidah. Mereka terakumulasi menjadi Khawarij. 

Khawarij memang dikafirkan baik oleh pihak Aisyah, Ali maupun Muawiyah dan merekapun balik mengkafirkan ketiganya. Sayangnya ada yang membonceng dibelakang pengkafiran Kaum Khawarij itu, yaitu tiga kejadian: (1) Aisyah menjauhkan diri dari urusan politis dan tenggelam dalam urusan keilmuan, (2) Ali KW, karena terbunuh belum sempat menuntaskan kemelut kekhalifahan, sedangkan (3) Muawiyah yang yakin bahwa setelah Ali KW wafat, tidak ada yang bisa menangkis serangan balik Kristen Romawi dan Penyembah Api Persia kemudian mengambil jalan pintas dengan memperkuat kekuasaannya. Berkuasalah dia dan tentu saja Amru bin Ash dan Al-Mughirah menjadi Gubernur2 di bawah Muawiyyah. Kedua sosok ini tetap layak dinilai baik dan sangat berjasa pada Islam, namun tidak bisa dijamin bebas dari kemungkinan tereksploitasi oleh pihak Yahudi. Mengingat sejarah keduanya bergelimang dengan kekayaan dan kekuasaan. Wallahu Aklam bisshawab.

Setelah itu, mulailah syahwat kekuasaan bermain; Mereka yang ingin merebut kekuasaan dari Muawiyah memanfaatkan nama Abbasiyyah dan merangkul pendukung Ali KW, sedangkan syahwat kekuasaan keluarga Muawiyyah menggunakan alasan mempertahankan kekuasaan negara Islam. Satu kekuatan lagi berusaha mencari jalan berkuasaan yaitu Bangsa Persia yang memendam rasa malu yang sangat dalam dengan kehancuran Yazdagir. Apa yang bisa mereka manfaatkan? Atau lebih tepatnya, amunisi apa yang bisa disuplay kepada mereka agar menuntut kekuasaan? Jawabnya adalah sesuatu yang sangat sempit sekali: " Ali telah diremehkan, maka harus ada yang mengembalikan kekuasaan kepadanya ". Itulah racun yang ditanam di dalam benak bangsa Persia. Oleh sebab itu kita sangat geli melihat Bangsa Iran saat ini yang merasa lebih mencintai dan menghormati Ali ketimbang Qabilah Quraiys sendiri. Merekapun menamakan diri mereka kaum syiah= pencinta ahlul bait atau lebih specifik lagi pencinta kekuasaan Ali. Apapun kalimatnya namun tujuannya satu saja "kekuasaan yang harus direbut. Sekalipun untuk diri mereka sendiri, jelas bukan untuk Ali dan qabilahnya banu Hasyim. 

Adapun rasa sakit hati, hasrat balas dendam dan keinginan merebut kembali kekuasaan Kristen Romawi tidak memiliki celah dalam komplik tersebut, maka wujudnya adalah konfrontasi terbuka yang bentuknya kita sudah tahu belaka dengan istilah Crushade alias perang salib. Rogersonpun menulis tentang itu dalam sebuah buku khusus: " The Last Crusaders: The Battle for Gold, God and Dominion ".

Keanehan keyakinan syiah saat ini sudah mulai diendus oleh mereka sendiri, maka Imam Khomainy telah dengan gigih mempelopori proporsionalisasi kedudukan Abu Bakar, Umar dan Utsman. Sebab tak mungkin keyakinan mereka akan selaras dengan Rasulullah jika mereka terus menerus membenci dan menganggap keliru sosok-sosok mulia yang dijamin masuk syurga oleh Rasulullah yang adalah junjungan Ali KW sendiri. Berlanjut dengan diakunya mushaf Ustmani sebagai pegangan utama. Dan pada waktu yang sama kitab-kitab Syiah Narsis mulai diragukan dan ditinggalkan. Inilah yang menjadi alasan mengapa seorang pakar sekaliber Yusuf Al-Qaradlawi mempunyai optimisme bahwa antara sunny dan syiah bukanlah perpecahan yang akan terus abadi. Amiin Allahumma amiin.

Kini kita harus mendongak ke atas, dimana perang bintang diracik. Dimana mata-mata teropong dan satelit mengintai setiap geliat ummat Islam. Mereka telah mengendus arah yang baru ini, maka mereka harus membuat puak-puak baru sebagai preserve. Kalau saja antara Sunny dan Syiah satu pendapat dan berderap dengan langkah sama dalam masalah Palestina, haqqul yaqin Amerika, Inggris, Perancis, Spanyol, Italia dan Jerman ataun Rusia tak akan mampu melindungi Israel. Israel praktis dikepung oleh negara-negara berpenduduk muslim, namun tak satupun negara itu yang bebas dari perpecahan antara Sunny dan Syiah. Saudi Arabia dan Iran masing2 berperan sebagai jenderalnya.

Akhirnya saya kutipkan sebuah hadits shahih yang juga dikutip oleh Barnaby Rogerson tentang keputusan Ali KW ketika ditanya oleh Abbas: Mengapa engkau tidak meminta kekuasaanmu? Beliau menjawab: Kalau Rasulullah sendiri tidak menunjukku menjadi penggantinya sebelum beliau wafat, maka sampai hari kiamat tidak ada yang akan memberikannya. Beliau lalu membaiat Abu Bakar sebagai tanda sebuah ketulusannya. Jadi sungguh aneh jika ada suatu kaum yang hendak merebut kekuasaan untuk dikembalikan kepada dia yang telah melepasnya. Sehingga tak ada yang patut dikatakan bahwa kaum itu memang hendak mengambil kekuasaan untuk dirinya sendiri.

Demikian apa yang mampu saya petik dari tulisan Barnaby Rogerson, sekaligus mendasari keyakinan saya bahwa kelak Sunny dan Syiah ini akan berdamai dan itulah saat-saat dimana Negara Zionis Israel akan dihapus dari peta dunia, seperti kata Ahmadi Nejad yang selalu diamini oleh Amin Rais.

Dengan segala kerendahan hati, maafkan saya jika salah memaknai.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
10 Muharram 1434 H

Friday, November 23, 2012

KELAS ATLET [Sebuah Ikhtiar]

Oleh : TGH. Hasanain Juaini

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Untuk kali kedua ide ini saya langsir di FDMN, lebih-lebih setelah seminggu lamanya kita deg-degan menunggu jumlah medali emas PON-RIAU kita dari delapan buah menjadi 11 [sesuai target].

Menjurus gila juga NTB menargetkan 11 emas, jika dilihat pada sejarah sebelumnya bahwa kita tidak pernah mendapatkan sepuluh. Ada rasa penasaran yang muncul pada saat penantian tersebut, karena Lampung dan Bali tiba-tiba menyodok rangking kita sehingga terlempar dari sepuluh besar. Alhamdulillah target memang terlampaui 12 emas, maka jadilah sejarah. Ya sejarah awal perolahragaan kita di NTB.

Beberapa hari setelah euphoria itu, mendadak saya disergap rasa takut: "Mampukah kita mempertahankan rangking itu?", "Mampukah kita menambah jumlah medali emas pada PON-PON berikutnya? Saya tak ingin berlama-lama mikir untuk menuntaskan ketakutan itu. Segera saya jawab sendiri "Insya Allah Mampu". Nah bagaimana caranya?

Dimanapun ada tanah lapang, selalu kita lihat ada jalan setapak membentang yang berfungsi ganda, (1) membuktikan bahwa sesuatu yang dilakukan terus menerus akan menjelma menjadi sukses story yang dapat dilalui oleh mereka yang menginginkan sukses di masa yang akan datang, (2) manusia memang selalu mencari dan membuat jalan pintas yang tidak jarang mengorbankan keindahan. Dalam masyarakat dengan tabiat 'jalan pintas', jika anda membuat aturan "dilarang berjalan diatas rumput", maka mereka akan melintasinya dengan merangkak atau berjinjit. Tak melanggar aturan, memang tapi kelakuan ini pastinya menabrak essensi.

Kembali ke tantangan di atas, bagaimana mempertahanan prestasi dan sejarah baru itu agar menjadi kebanggan dan sukses story yang terus menerus bisa ditingkatkan?

Dua hari lalu, saya mengundang Ketua KONI-NTB, Bapak H. M Nur Said Kasdiono dan mengajukan padanya sebuah rencana agar di Pondok Pesantren diadakan kelas Atlet. Santrinya disuplay oleh KONI yang terlebih dahulu melakukan seleksi fisik yang menjamin bahwa secara jasmaniah calon santri tersebut berpotensi menjadi juara. 

Di Pesantren para santri atlit itu diberikan ilmu agama dan umum standar, sedangkan sisa waktu dan kegiatan adalah latihan, latihan dan latihan. Itu akan berlangsung selama 6 tahun dengan materi, program, fasilitas dan berbagai keperluan yang mustahak.

Pilosophinya adalah: Titik titik airpun bisa menembus batu, alah bisa karena biasa, bahkan shimpanze-pun bisa dilatih menjadi astronout. Masakan manusia tidak bisa dilatih untuk meraih medali? 

Satu lagi towelan genit: Ah masak pesantren kerjaannya mencetak atlit olah raga? Saya faham ini memang kedengaran sangat aneh, tapi bagaimana kita akan menjawab cibiran yang pasti dan tak diragukan lagi sering terlontar: Anak-anak muslim terhalang menjadi juara hanya karena ajaran agamanya. Sulaimanoglu, seorang atlit Turki, raja angkat besi Olympiade Barselona yang rekornya tak tertumbangkan sampai saat ini telah membuktikan, bahwa muslim tidak harus tunduk pada cibiran semacam itu. Bahkan Agama lebih kuat memberikan motivasi untuk menjadi juara, dalam bidang apapun selama itu tidak dalam kemaksiatan "Ya'lu walaa yukla alaihi".

Agar tidak membangun jalan pintas di atas tanah lapang dan merusak keindahan, maka saat ini telah dimulai di atas lahan 50 hektar yang dipenuhi rerimbunan hutan buatan di Desa Madani Sedau, rencana kelas atlit di Pondok Pesantren Nurul Haramain itu, sedang diproses. Bangunan aula sudah selesai, kini shelter-shelter dan dapur atlit sedang dibangun. Rencana ini, selain membutuhkan dukungan pemikiran dan moral, dukungan teknis dan material juga tak kurang perlunya. Adakah yang mau nimbrung?

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Narmada, 10 Muharram 1434 H

ASAL JANGAN ANAKKU

Oleh TGH. Hasanain Juaini
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Sampah, residu atau orang Sasak menyebutnya "etak-etak" untuk mengungkapkan sesuatu bagian tidak perlu yang patut terbuang. Ada juga bahasa lebih kasarnya "dedoro" alias "periris". Yang terakhir ini dalah kata yang menjelma menjadi umpatan kotor kepada mereka yang keberadaannya justru semakin menyulitkan keadaan.

Kata dedoro yang berkonotasi "sampah" sering menjadi guyonan karena kedekatannya dengan kata "dedare". Jadi? Dedare [anak gadis] yang eksistensinya bagai periris julukannya dengan mudah diganti menjadi dedoro. he he he.

Tidak biasanya dalam sebuah amanat awal tahun di Pesantren, saya di interupsi oleh wali santri. Kejadiannya ketika saya menyampaikan amanat: ..." Lembaga pendidikan seperti juga para petani. Tidak semua benih bisa tumbuh baik dan berhasil baik memberikan panen yang membanggakan. Selalu ada etak-etaknya [sampahnya]. Oleh sebab itu . . . .jika kita berhsil mendidik 50% saja dari para santri ini, maka itu sudah keberhasilan yang luar biasa..." 

Mendadak seorang wali santri mengangkat tangan dan minta bicara. Setelah dipersilahkan dia lalu mengatakan: "Sebagai wali santri, saya bisa mengerti kalau nanti anak-anak ini ada yang gagal dan akhirnya menjadi residu atau etak-etak. Asalkan yang menjadi etak-etak itu bukan anak saya, silahkan...saya bisa menerimanya."

Serjak peristiwa itu saya mematok target bahwa pendidikan kita harus berhasil seratus prosen, karena tidak ada orang tua yang rela anaknya menjadi residu. Saya yakin kita juga demikian Titik.

Fakta yang tersaji dalam kerumunan sosial kita adalah selalu saja banyak etak-etak, bahkan terkesan lebih banyak jumlahnya, seakan yang kita lakukan adalah memproduksi etak-etak. Dari mana sebenarnya potensi-potensi hebat manusia menelikung menjadi gerakan susah payah memproduksi etak-etak?

Sungguh menyedihkan masyarakat NTB ini, dengan modal karunia Allah yang sama, namun mengapa dalam seni budaya, politik, ekonomi dan tingkat kesejahteraan kita selalu berada ditepi-tepi hirarki? Berada dibagian iris-irisan terakhir? Atau dengan kata umpatan orang-orang Tanak Beak "kita berada pada posisi periris?". Mana buktinya kita tidak menerima posisi keterpaksaan ini?

Wassalam