A BIG WELCOME FROM WARSYI

selamat datang di blog LADESTA,,,,,,,,,,,,,,,
ini adalah salah satu blog Alumni PP. Nurul Haramain NW Narmada
maaf jika dalam blog ini banyak kekurangan dan belum sempurna,,,,,,

Sunday, August 28, 2011

PELAJARAN MENCINTAI (In Memoriam H. Djuaini Mukhtar) by Abun Hasanain

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

...Sebagai saksi pelaku, saya bisa secara singkat mengatakan bahwa Pasangan suami istri Djuaini Mukhtar dengan Djahrah keseluruhan dilalui dalam saling mencintai. Seumur hidup kami, anak-anak beliau tidak sekalipun melihat mendengar atau pernah tahu keduanya saling bersitegang suara.

Bukti paling nyata adalah ketika pada tahun 1987, ibu saya Hj. Djahrah mengalami stroke dan sebelah tubuhnya tidak dapat lagi digerakkan, sejak saat itulah H. Djuaini memandikan sendiri istrinya sampai sang istri meninggal tahun 1999

Selama 12 tahun H. Djuaini semakin memperlihatkan cinta kasihnya pada istrinya yang inpalid itu. Beliau membuat berbagai macam alat untuk mempermudah istrinya bergerak. Mukena khusus, sarung khusus, jilbab khusus sampai sandal khusus (semuanya serba berkaret agar mudah dipasang tampa perlu mengikatnya). Di sepanjang dinding kamar dan kamar mandi beliau buatkan pegangan agar istrinya itu bisa dengan mudah berpegangan kalau hendak berpindah-pindah tempat. Shower juga dipasang dibanyak tempat agar istrinya tidak kesulitan kalau membuthkan air terutama ketika harus meninggalkannya menjalankan tugad di luar rumah.

Kerap kali ibu saya itu, setelah strokenya, mengijinkan ayah saya untuk menikah lagi. Alasannya agar ada yang bisa mengurus beliau dengan lebih sempurna. Toh kata ibu saya, Laki-laki seperti beliau tidaklah meragukan untuk bisa berbuat adil. Tapi H. Djuaini selalu menjawab: Oh seandainya saya mau seharusnya tudak sekarang ketika istri saya sudah dalam keadaan begini. Inilah saatnya saya membuktikan bahwa saya memang pantas menjadi suami yang dia harapkan menolongnya disaat dia sudah lemah dan tua.

Saya selalu terngiang ketika suatu waktu di tahun 1968, masyarakat Desa Sintung datang berbondong-bondong meminta ayah saya untuk menikahi seorang gadis mereka; katanya agar ada anak keturunan mereka yang menjadi guru agama seperti H. Djuaini yang mereka hormati dan cintai. Saya tidak akan pernah lupa sebab sayalah yang beliau tawarkan untuk di bawa oleh siapa saja penduduk Desa Sintung untuk dijadikan anak, ketimbang beliau harus menikah lagi.

Jadilah saya anak angkat dari seorang wanita Sintung bernama Sukimin. Ibu angkat saya itu memang sangat cantik dan shalihah. Allah SWT. akhirnya menjodohkan Sukimin dengan seorang pemuda Tanak Beak sehingga saya masih tetap dapat berdekatan dengan ibu bapak saya sampai Sukimin meninggal dunia dengan sangat tenang (semoga beliau mendapatkan husnul khatimah). Ayah ibu saya bertindak cepat dengan mengambil seorang anak angkat dari Desa Sintung yang juga disekolahkan sama seperti kami anak-anak beliau sampai tamat SMA bahkan menjadi PNS. Namanya Nurimin.

Keajaiban di kemudian hari terjadi, karena Nurimin inilah yang diisyarakatkan oleh ibu saya untuk mengisi posisinya “ Nikahkan Ayah kalian dengan Nurimin ini jika aku nanti meninggal lebih dahulu. Hanya wanita yang sangat tahu kesulitan ayahmu yang dapat menjadi istri yang berbakti baginya”. Sebagai anak laki-laki tertua, sayalah yang meminang Nurimin ini untuk menjadi ibu tiri kami (tiga tahun setelah meninggalnya ummi Hj. Djahrah).

Sekarang kami sering berseloroh di majlis taklim Desa sintung: “Allah tahu keikhlasan niat ibu bapak dahulu untuk menikahkan H. Djuaini dengan wanita Sintung”. Kami saat ini memiliki seorang adik tiri yang kami cintai dan berdarah Sintung. Ia diberi nama Hafizurrahman –Pemelihraan Sang Maha Pencinta.

H. Djuaini, ayah saya itu mempunyai ayat pavorit dalam hal membalas cinta, Q.S. An-Nisa' 86: WAIDZA HUYYIITUM BITAHIYYATIN FAHAYYUU BI AHSANA MINHA AU RUDDUUHA = Jika kalian diberikan sesuatu pemberian, maka balaslah dengan yang lebih baik atau setidaknya dengan yang setimpal.

No comments:

Post a Comment